Di tengah hamparan keindahan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tersembunyi sebuah gunung yang memiliki misteri tak ternilai. Gunung ini disebut Gunung Kelimutu, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "gunung mendidih." Namun, misteri sesungguhnya tidak terletak pada kepanasan gunung ini, melainkan pada tiga danau kawah di puncaknya yang mempesona.

legenda Konde Ratu dalam Cerita rakyat ende Lio

Ketiga danau ini membawa pesona tersendiri, dengan air berwarna-warni yang memikat mata setiap pengunjung yang berani mendaki hingga ke puncak. Tiga danau ini pun memiliki nama yang melukiskan karakteristik masing-masing. Pertama, ada Danau Tiwu Ata Bupu, yang berarti "danau orangtua," dengan air berwarna biru. Lalu, terdapat Danau Tiwu Ata Polo, atau yang lebih dikenal sebagai "danau sihir," yang mempesona dengan air merahnya. Terakhir, namun tak kalah menawan, adalah Danau Tiwu Nuwa Muwi Kou Fai, yang dapat diterjemahkan sebagai "danau muda-mudi," dengan air hijau yang mempesona.

Tentu, keindahan alam semesta ini tak lepas dari sentuhan legenda yang berkembang di sekitar Gunung Kelimutu. Salah satu legenda terkenal menceritakan kisah Konde Ratu dan rakyatnya yang tinggal di puncak gunung ini. Konon, di antara rakyat Konde Ratu ada dua tokoh berkekuatan sihir, yaitu Ata Bupu dan Ata Polo.

Ata Bupu dikenal sebagai sosok yang baik hati, selalu siap melindungi sesama, dan berbagi kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Sementara itu, Ata Polo digambarkan sebagai penyihir jahat yang gemar memakan manusia, sebuah kontras yang kuat dengan Ata Bupu.

Cerita ini mencapai puncak ketika sepasang Ana Kalo, anak yatim piatu yang telah kehilangan orang tua mereka, mencari perlindungan dari Ata Bupu. Ata Bupu bersedia membantu mereka dengan satu syarat penting, yaitu tidak boleh meninggalkan ladang miliknya untuk menghindari ancaman dari Ata Polo yang gemar memangsa manusia.

Ata Polo, sahabat Ata Bupu yang menjadi masalah dalam cerita ini, tahu tentang keberadaan Ana Kalo. Saat ia mengintip ke ladang milik Ata Bupu, niat jahatnya terungkap: ia ingin memangsa kedua anak yatim itu. Namun, Ata Bupu dengan gagah berani mencegah rencana tersebut.

Ketika Ata Bupu meminta Ata Polo untuk menunggu hingga Ana Kalo dan pasangannya dewasa sebelum memangsa mereka, ia sebenarnya sedang menggiring cerita ini menuju babak baru yang lebih menegangkan. Seiring berjalannya waktu, Ana Kalo dan pasangannya tumbuh dewasa dan diberi nama Koo Fai dan Nuwa Muri. Saat itulah Ata Polo datang untuk menuntut janjinya untuk memangsa kedua anak yatim tersebut.

Ata Bupu, dengan naluri melindungi yang kuat, menolak keras dan berusaha untuk menjauhkan mereka dari ancaman Ata Polo. Dalam upayanya melindungi Ana Kalo, ia membawa mereka berdua ke perut bumi, bersembunyi dari pandangan mata jahat sahabat lamanya.

Namun, Ata Polo tak pernah berhenti mencari mereka bertiga. Akhirnya, nasib buruk menghampiri mereka semua. Mereka tertelan oleh bumi, seperti diambil oleh alam sendiri. Dan pada titik inilah, muncul misteri danau tiga warna.

Tak lama setelah peristiwa tragis ini, di tempat yang menjadi hilangnya Ata Bupu muncul air berwarna biru. Di tempat Ata Polo menghilang, air berwarna merah mengalir, dan di lokasi Ana Kalo dan pasangannya terakhir kali terlihat, air berwarna hijau mengalir deras. Inilah awal dari apa yang kita kenal sekarang sebagai Danau Tiga Warna.

Kisah ini, meskipun terdengar seperti legenda belaka, memiliki dasar sejarah yang mengakar kuat di masyarakat setempat. Danau Tiga Warna adalah destinasi wisata yang misterius dan mempesona, menawarkan pemandangan yang tak hanya memanjakan mata tetapi juga menyimpan cerita dalam warna-warna airnya yang unik.

Jadi, jika Anda merencanakan perjalanan ke Danau Tiga Warna, siapkan diri untuk terpesona oleh keindahannya dan bersiaplah untuk mendengarkan kisah legenda yang selalu hidup di antara gemuruh air dan warna-warna yang mengagumkan. Dan ingatlah, setiap tempat punya cerita, dan inilah salah satu yang takkan pernah kita lupakan.